Wilayah laut di selatan Amerika Serikat dengan titik
sudut Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan Bermuda ini, telah
berabad-abad menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi misteri bahkan
telah dicatat oleh pengelana samudera macam Christopher Columbus.
Sekitar 1492, ketika dirinya akan mengakhiri
perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika, Columbus sempat menyaksikan
fenomena aneh di wilayah ini. Di tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum
kompas di kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat itu begitu
baik.
Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam
tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang terjun
begitu saja ke dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah
ufuk yang kemudian menghilang begitu saja.
Segitiga Bermuda: Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan pulau
Bermuda
Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini, indera
keenam memang seperti dihantui ‘suasana’ yang tak biasa. Namun begitu rombongan
Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya disuguhi ‘pertunjukkan’. Beda
dengan para pelintas yang lain.
Menurut catatan kebaharian, peristiwa terbesar yang
pernah terjadi di wilayah ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera Inggris,
Atalanta, pada 1880. Tanpa jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus
kadet dan perwira AL Inggris itu raib di sana. Selain Atalanta, Segitiga
Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.
Lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal dengan “Flight 19″ hilang
di segitiga Bermuda
Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah membungkam
puluhan pesawat yang melintasinya.
Peristiwa terbesar yang kemudian terkuak sekitar 1990
lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal dengan “Flight
19″ tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang hari 5 Desember
1945.
Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan
penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak buahnya seperti mengalami disorientasi.
Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger ini pun
raib tanpa sempat memberi sinyal SOS. Anehnya, misteri Avenger tak berujung di
situ saja.
Ketika sebuah pesawat SAR jenis Martin PBM-3Mariner dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot
dengan tigabelas awak ini pun ikut-ikutan lenyap. Hilang bak ditelan udara.
Martin PBM-3 Mariner, yang ditugaskan mencari “Flight 19″ juga hilang di
segitiga Bermuda
Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang
diduga menjadi tempat kecelakaan keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat
pantai dengan 27 awak, tak satu pun serpihan pesawat ditemukan.
Ajaib… Tahun demi tahun berlalu. Sekitar 1990, tanpa
dinyana seorang peneliti berhasil menemukan onggokan kerangka pesawat di lepas
pantai Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya orang-orang yang
menyaksikan. Karena, ketika dicocok kan, onggokan metal itu ternyata bagian
dari kelima TBF Avenger!
C-119 Flying Boxcar, hilang di segitiga Bermuda
Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat transpor
C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun
mesin ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas
dari Lanud Homestead.
Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan
Terbang Grand Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.
Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan
perjalanannya. Hal ini diketahui dari kontak radio yang masih terdengar hingga
pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis juga
tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.
“Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi apa-apa
bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah itu kami kehilangan
jejaknya,” begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami. “Besar
kemungkinan pesawat mengalami masalah kendali arah (steering
trouble) hingga nyasar ke lain arah,” tambahnya.
Beberapa pesawat yang pernah hilang di segitiga bermuda
Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah
seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat kandasnya C-119. Namun
hasilnya benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di
wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.
“Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah
selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang
veteran penerbang Perang Dunia II.
Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan pesawat
jatuh di antara Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur,
ledakan, atau kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio
memang pasti tak akan pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan
serpihan pecahannya.
Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya
sang pilot bisa melakukanditching (pendaratan
darurat di atas air). Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti
langit cerah, ombak hanya sekitar satu meter, dan angin hanya 15 knot. Analisis
selanjutnya memang mengembang kemana-mana.
Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119
Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit
artikel dari International UFO Bureau yang
mengingatkan kembali sejumlah orang pada kasus ajaib tersebut. Dalam artikel
ini dimuat kesaksian astronot Gemini IV, James
McDivitt dan Edward H. White II, yang justru membuat runyam masalah.
Rupanya pada saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia
kebetulan tengah mengamati wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang
sedang mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965
keduanya tengah melakukan eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini dengan
perlengkapan yang dirahasiakan.
Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal
(UFO) dengan semacam lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia.
Beberapa menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang serupa.
Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan pun segera
tertarik menguji kesaksian ini.
Tak mau percaya begitu saja, mereka mengkonfirmasi
obyek yang dilihat kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar
Gemini IV. Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga
kini pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO. Ketika itu
kepada kedua astronot disodori gambar Pegasus 2, satelit
raksasa yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan
sejumlah sampah satelit yang ada di sekitar itu.
Namun baik dari bentuk dan jarak, mereka menyanggah
jika telah salah lihat. “Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut UFO ‘kan
tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari planet lain. Pengertian
UFO sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang menurut penilaian
saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya sebagai UFO?” sergah
Divitt.
This diagram shows the current variation of the Earth magnetic field.
Begitulah kasus C-119 Flying Boxcar yang tak pernah
terpecahkan hingga kini. Diantara kapal atau pesawat yang raib di wilayah
Segitiga Bermuda kisahnya memang senantiasa sama. Terjadi ketika cuaca baik,
tak ada masalah teknis, kontak radio berjalan biasa, tetapi si pelintas
tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa jejak sama sekali.
Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala
kejadian di sana. Ada yang menyebut teori pelengkungan waktu, medan gravitasi
terbalik, abrasi atmosfer, dan ada juga teori anomali magnetik-gravitasi.
Selain itu ada juga yang mengaitkannya dengan fenomena
gampa laut, serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya terjadi di angkasa luar sana.
Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap saja tak ada satu pun yang bisa
menjelaskannya.
Penyelidikan
terakhir
Segitiga Bermuda di program TV Discovery &
National Geographic tahun 2011 telah menyelidiki bahwa terjadinya
gangguan mesin, kompas & alat navigasi lain karena adanya daya magnet lokal
(bukan magnet kutub) yang dihasilkan dari bawah kulit bumi pada daerah
tersebut. Bukti baru ini telah diselidiki oleh para ahli dengan citra satelit
di daerah tersebut.
Lalu para ahli beserta para pilot berpengalaman
menyusuri daerah sekitarnya dan terbukti pula bahwa alat-alat navigasi dalam
kokpit berubah dan terganggu. Karena teknologi masa kini semakin canggih,
maka dapat di pantau pula melalui satelit.
Lithosphere magnetic field
Dari citra satelit dengan infra red, ultra violet
& lainnya yang memantau daerah itu telah terbukti bahwa di dalam kerak bumi
pada daerah tersebut terdapat pusaran-pusaran lava panas yg menghasilkan
gelombang-gelombang elektromagnet sampai menembus ke luar permukaan bumi.
Pusaran-pusaran panas yang berupa lava cair di dalam
kerak bumi berputar seperti layaknya hurricane atau thypoon yang diameternya sangat besar dan
terjadi di bawah kerak bumi.
Earth Magnetic Field
Jadi jika bumi diibaratkan balon yang diisi air, karet
balon adalah kerak bumi sedangkan air dalam balon adalah magma/lava cair yang
berada di dalam inti bumi.
Cairan lava dibawah mantel Bumi tersebut memiliki
tekanan dan panas yang berbeda-beda.
Cairan tersebut juga memiliki “arus” dan dapat
berputar-putar seperti jika kita baru merebus air.
Gerak arus lava yang berputar-putar tersebut ternyata
juga menimbulkan medan magnetik.
Medan magnet yang dihasilkan dapat menimbulkan
gelombang elektromagnet dan dapat mempengaruhi alam sekitarnya hingga ke atas
kerak bumi / permukaan bumi dan membuat alat navigasi menjadi berantakan dan
tak berfungsi sempurna.
Akibat peralatan navigasi yang terpengaruhi oleh medan
magnet dari putaran-putaran lava di dalam mantel Bumi inilah yang akhirnya
membuat peralatan navigasi terganggu dan membuat tujuan atau rute yang
direncanakan akan dituju mengubah halauan sang kapten dan pilot.
Bermuda triangle magnetic field area
Hingga kini, tiada satupun ada orang yang selamat
(survivor) yang berhasil ditemukan. Pada masa lalu teknologi tak secanggih
sekarang, bangkai pesawatpun tak berbekas sama sekali. Oleh sebab itulah, pada
masa lalu, teori mengenai medan magnet lokal akibat adanya putaran-putaran lava
di dalam kerak Bumi bukan hanya satu-satunya teori.
Teori tentang akibat adanya campur tangan UFO atau
pengaruh Geografi dan iklim (alamiah) serta pengaruh medan magnet, masih
merupakan beberapa teori dari adanya teori-teori lainnya tentang Segitiga
Bermuda ini. Selama itu belum mutlak pasti, misteri masih terbuka lebar.
Namun yang jelas dalam beberapa dekade terakhir,
kecelakaan sangat jarang sekali terjadi bahkan bisa dibilang tak ada. Jika ini
karena adanya konspirasi lain apalagi diluar domain sains, misalnya karena
menyangkut alien, UFO, makhluk laut jahat, bahkan makhluk gaib, dajjal ataupun
setan alas, atau bahkan gas methane, pasti kecelakaan akan terus terjadi hingga
saat ini.
Kenapa dalam beberapa dekade ini tak ada lagi
kecelakaan yang berarti di segitiga bermuda? Sebabnya adalah karena pada masa
kini pesawat dan kapal laut tak lagi hanya menggunakan penunjuk arah yaitu
Kompas saja. Namun pada masa kini semua transportasi tersebut sudah menggunakan
sistim navigasi GPS (Global Positioning System) yang
dipandu oleh minimal 3 buah satelit.
Itu sebabnya karena telah dipandu oleh satelit, dan
tak lagi dipandu oleh magnet di kedua kutub Bumi, maka arah mata angin Utara,
Selatan, Timur dan Barat akan lebih akurat dan takkan berpengaruh oleh medan
magnet atau apapun itu.
Tapi, bagaimana dengan bangkai-bangkai kapal dan
pesawat yang tak ditemukan? Bangkai-bangkai kapal apalagi pesawat tak semuanya
dapat ditemukan karena dalamnya lautan di wilayah segitiga Bermuda. Belum lagi
masalah “impact” saat pesawat jatuh dan tekanan air yang kuat saat tenggelam.
Apparently most of the ships met their fate as a result of the 200 square
miles of coral reef surrounding the island rather than the infamous Bermuda
Triangle’s influence.
Walau tak semuanya, namun nyaris semua posisi
kapal-kapal karam itu telah diketahui keberadaannya, baik secara pencarian
ataupun secara tak sengaja terdeteksi oleh sonar kapal yang sedang lewat.
Untuk sebuah pencarian janganlah sepelekan kawasan
ini, kawasan segitiga bermuda sangat luas, bahkan lebih besar dan lebih luas
dari pulau Kalimantan, namun ini lautan bebas, yang sangat sering dilalui
puluhan badai (hurricane) ditiap tahunnya dan kadang juga lautannya berarus
kuat.
Tapi dari sisi apapun, tak ada keuntungannya untuk
mencari semua kapal-kapal dan pesawat tersebut. Secara biaya juga sangat besar,
karena harus memakai robot yang dikendalikan dari jauh atau kapal selam khusus
yang dapat menyelam di lautan yang dalamnya lebih dari 200 meter hingga ribuan
meter. Bangkai kapal karam yang sangat dekat dengan permukaan laut saja tidak
digubris apalagi yang ada dilaut yang sangat dalam?
Apa keuntungan yang dapat diperoleh dengan mencari
bangkai-bangkai kapal tersebut? Secara nilai historikal juga tak sebanding
dengan biaya yang akan dikeluarkan. Cobalah pencarian di google tentang
penemuan-penemuan bangkai-bangkai kapal tersebut. Kebanyakan dapat terdeteksi
oleh sonar, namun tak ada tindak lanjut, apalagi untuk ditelusuri, diselidiki
atau diambil.
Kini, semua misteri telah usai, sudah tak ada lagi
kecelakaan atau hilangnya pesawat dan kapal laut akibat salah navigasi di
segitiga Bermuda hingga saat ini. Dan kini pula, saatnya si Dajjal pensiun,
atau ngungsi ke planet lain. (sumber: icc.wp.com,
Bermuda Triangle on National Geographic TV Channel)
Beberapa kapal yang hilang di Segitiga
Bermuda:
USS Cyclops (AC-4) lost in 4 March 1918 en route from barbados to
Baltimore. No traces are left behind. The ship and its crew and passengers are
numbered 306 people vanished. This is the greatest loss of life in the history
of the U.S. Navy–was not the outcome of the battle.
USS Nereus (AC-10) was a U.S. Navy ship during World War i. his name is
taken from the Sea-God in the mythology of Greece 00 Nereus. Missing about 10
December 1941, en route to Portland, Maine from St. Thimas in the Virgin
Island. As many as 61 crews participated were lost. Interestingly, Nereus was
lost on the same route with USS Proteus that disappeared earlier.
USS Proteus (AC-9) is a Navy ships into merchant ships. No clear News
newspaper since 23 November 1941.
Sekitar 1492, ketika dirinya akan mengakhiri
perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika, Columbus sempat menyaksikan
fenomena aneh di wilayah ini. Di tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum
kompas di kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat itu begitu
baik.
Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam
tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang terjun
begitu saja ke dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah
ufuk yang kemudian menghilang begitu saja.
Segitiga Bermuda: Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan pulau
Bermuda
Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini, indera
keenam memang seperti dihantui ‘suasana’ yang tak biasa. Namun begitu rombongan
Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya disuguhi ‘pertunjukkan’. Beda
dengan para pelintas yang lain.
Menurut catatan kebaharian, peristiwa terbesar yang
pernah terjadi di wilayah ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera Inggris,
Atalanta, pada 1880. Tanpa jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus
kadet dan perwira AL Inggris itu raib di sana. Selain Atalanta, Segitiga
Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.
Lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal dengan “Flight 19″ hilang
di segitiga Bermuda
Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah membungkam
puluhan pesawat yang melintasinya.
Peristiwa terbesar yang kemudian terkuak sekitar 1990
lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal dengan “Flight
19″ tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang hari 5 Desember
1945.
Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan
penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak buahnya seperti mengalami disorientasi.
Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger ini pun
raib tanpa sempat memberi sinyal SOS. Anehnya, misteri Avenger tak berujung di
situ saja.
Ketika sebuah pesawat SAR jenis Martin PBM-3Mariner dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot
dengan tigabelas awak ini pun ikut-ikutan lenyap. Hilang bak ditelan udara.
Martin PBM-3 Mariner, yang ditugaskan mencari “Flight 19″ juga hilang di
segitiga Bermuda
Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang
diduga menjadi tempat kecelakaan keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat
pantai dengan 27 awak, tak satu pun serpihan pesawat ditemukan.
Ajaib… Tahun demi tahun berlalu. Sekitar 1990, tanpa
dinyana seorang peneliti berhasil menemukan onggokan kerangka pesawat di lepas
pantai Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya orang-orang yang
menyaksikan. Karena, ketika dicocok kan, onggokan metal itu ternyata bagian
dari kelima TBF Avenger!
C-119 Flying Boxcar, hilang di segitiga Bermuda
Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat transpor
C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun
mesin ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas
dari Lanud Homestead.
Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan
Terbang Grand Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.
Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan
perjalanannya. Hal ini diketahui dari kontak radio yang masih terdengar hingga
pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis juga
tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.
“Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi apa-apa
bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah itu kami kehilangan
jejaknya,” begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami. “Besar
kemungkinan pesawat mengalami masalah kendali arah (steering
trouble) hingga nyasar ke lain arah,” tambahnya.
Beberapa pesawat yang pernah hilang di segitiga bermuda
Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah
seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat kandasnya C-119. Namun
hasilnya benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di
wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.
“Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah
selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang
veteran penerbang Perang Dunia II.
Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan pesawat
jatuh di antara Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur,
ledakan, atau kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio
memang pasti tak akan pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan
serpihan pecahannya.
Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya
sang pilot bisa melakukanditching (pendaratan
darurat di atas air). Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti
langit cerah, ombak hanya sekitar satu meter, dan angin hanya 15 knot. Analisis
selanjutnya memang mengembang kemana-mana.
Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119
Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit
artikel dari International UFO Bureau yang
mengingatkan kembali sejumlah orang pada kasus ajaib tersebut. Dalam artikel
ini dimuat kesaksian astronot Gemini IV, James
McDivitt dan Edward H. White II, yang justru membuat runyam masalah.
Rupanya pada saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia
kebetulan tengah mengamati wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang
sedang mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965
keduanya tengah melakukan eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini dengan
perlengkapan yang dirahasiakan.
Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal
(UFO) dengan semacam lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia.
Beberapa menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang serupa.
Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan pun segera
tertarik menguji kesaksian ini.
Tak mau percaya begitu saja, mereka mengkonfirmasi
obyek yang dilihat kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar
Gemini IV. Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga
kini pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO. Ketika itu
kepada kedua astronot disodori gambar Pegasus 2, satelit
raksasa yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan
sejumlah sampah satelit yang ada di sekitar itu.
Namun baik dari bentuk dan jarak, mereka menyanggah
jika telah salah lihat. “Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut UFO ‘kan
tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari planet lain. Pengertian
UFO sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang menurut penilaian
saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya sebagai UFO?” sergah
Divitt.
This diagram shows the current variation of the Earth magnetic field.
Begitulah kasus C-119 Flying Boxcar yang tak pernah
terpecahkan hingga kini. Diantara kapal atau pesawat yang raib di wilayah
Segitiga Bermuda kisahnya memang senantiasa sama. Terjadi ketika cuaca baik,
tak ada masalah teknis, kontak radio berjalan biasa, tetapi si pelintas
tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa jejak sama sekali.
Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala
kejadian di sana. Ada yang menyebut teori pelengkungan waktu, medan gravitasi
terbalik, abrasi atmosfer, dan ada juga teori anomali magnetik-gravitasi.
Selain itu ada juga yang mengaitkannya dengan fenomena
gampa laut, serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya terjadi di angkasa luar sana.
Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap saja tak ada satu pun yang bisa
menjelaskannya.
Penyelidikan
terakhir
Segitiga Bermuda di program TV Discovery &
National Geographic tahun 2011 telah menyelidiki bahwa terjadinya
gangguan mesin, kompas & alat navigasi lain karena adanya daya magnet lokal
(bukan magnet kutub) yang dihasilkan dari bawah kulit bumi pada daerah
tersebut. Bukti baru ini telah diselidiki oleh para ahli dengan citra satelit
di daerah tersebut.
Lalu para ahli beserta para pilot berpengalaman
menyusuri daerah sekitarnya dan terbukti pula bahwa alat-alat navigasi dalam
kokpit berubah dan terganggu. Karena teknologi masa kini semakin canggih,
maka dapat di pantau pula melalui satelit.
Lithosphere magnetic field
Dari citra satelit dengan infra red, ultra violet
& lainnya yang memantau daerah itu telah terbukti bahwa di dalam kerak bumi
pada daerah tersebut terdapat pusaran-pusaran lava panas yg menghasilkan
gelombang-gelombang elektromagnet sampai menembus ke luar permukaan bumi.
Pusaran-pusaran panas yang berupa lava cair di dalam
kerak bumi berputar seperti layaknya hurricane atau thypoon yang diameternya sangat besar dan
terjadi di bawah kerak bumi.
Earth Magnetic Field
Jadi jika bumi diibaratkan balon yang diisi air, karet
balon adalah kerak bumi sedangkan air dalam balon adalah magma/lava cair yang
berada di dalam inti bumi.
Cairan lava dibawah mantel Bumi tersebut memiliki
tekanan dan panas yang berbeda-beda.
Cairan tersebut juga memiliki “arus” dan dapat
berputar-putar seperti jika kita baru merebus air.
Gerak arus lava yang berputar-putar tersebut ternyata
juga menimbulkan medan magnetik.
Medan magnet yang dihasilkan dapat menimbulkan
gelombang elektromagnet dan dapat mempengaruhi alam sekitarnya hingga ke atas
kerak bumi / permukaan bumi dan membuat alat navigasi menjadi berantakan dan
tak berfungsi sempurna.
Akibat peralatan navigasi yang terpengaruhi oleh medan
magnet dari putaran-putaran lava di dalam mantel Bumi inilah yang akhirnya
membuat peralatan navigasi terganggu dan membuat tujuan atau rute yang
direncanakan akan dituju mengubah halauan sang kapten dan pilot.
Bermuda triangle magnetic field area
Hingga kini, tiada satupun ada orang yang selamat
(survivor) yang berhasil ditemukan. Pada masa lalu teknologi tak secanggih
sekarang, bangkai pesawatpun tak berbekas sama sekali. Oleh sebab itulah, pada
masa lalu, teori mengenai medan magnet lokal akibat adanya putaran-putaran lava
di dalam kerak Bumi bukan hanya satu-satunya teori.
Teori tentang akibat adanya campur tangan UFO atau
pengaruh Geografi dan iklim (alamiah) serta pengaruh medan magnet, masih
merupakan beberapa teori dari adanya teori-teori lainnya tentang Segitiga
Bermuda ini. Selama itu belum mutlak pasti, misteri masih terbuka lebar.
Namun yang jelas dalam beberapa dekade terakhir,
kecelakaan sangat jarang sekali terjadi bahkan bisa dibilang tak ada. Jika ini
karena adanya konspirasi lain apalagi diluar domain sains, misalnya karena
menyangkut alien, UFO, makhluk laut jahat, bahkan makhluk gaib, dajjal ataupun
setan alas, atau bahkan gas methane, pasti kecelakaan akan terus terjadi hingga
saat ini.
Kenapa dalam beberapa dekade ini tak ada lagi
kecelakaan yang berarti di segitiga bermuda? Sebabnya adalah karena pada masa
kini pesawat dan kapal laut tak lagi hanya menggunakan penunjuk arah yaitu
Kompas saja. Namun pada masa kini semua transportasi tersebut sudah menggunakan
sistim navigasi GPS (Global Positioning System) yang
dipandu oleh minimal 3 buah satelit.
Itu sebabnya karena telah dipandu oleh satelit, dan
tak lagi dipandu oleh magnet di kedua kutub Bumi, maka arah mata angin Utara,
Selatan, Timur dan Barat akan lebih akurat dan takkan berpengaruh oleh medan
magnet atau apapun itu.
Tapi, bagaimana dengan bangkai-bangkai kapal dan
pesawat yang tak ditemukan? Bangkai-bangkai kapal apalagi pesawat tak semuanya
dapat ditemukan karena dalamnya lautan di wilayah segitiga Bermuda. Belum lagi
masalah “impact” saat pesawat jatuh dan tekanan air yang kuat saat tenggelam.
Apparently most of the ships met their fate as a result of the 200 square
miles of coral reef surrounding the island rather than the infamous Bermuda
Triangle’s influence.
Walau tak semuanya, namun nyaris semua posisi
kapal-kapal karam itu telah diketahui keberadaannya, baik secara pencarian
ataupun secara tak sengaja terdeteksi oleh sonar kapal yang sedang lewat.
Untuk sebuah pencarian janganlah sepelekan kawasan
ini, kawasan segitiga bermuda sangat luas, bahkan lebih besar dan lebih luas
dari pulau Kalimantan, namun ini lautan bebas, yang sangat sering dilalui
puluhan badai (hurricane) ditiap tahunnya dan kadang juga lautannya berarus
kuat.
Tapi dari sisi apapun, tak ada keuntungannya untuk
mencari semua kapal-kapal dan pesawat tersebut. Secara biaya juga sangat besar,
karena harus memakai robot yang dikendalikan dari jauh atau kapal selam khusus
yang dapat menyelam di lautan yang dalamnya lebih dari 200 meter hingga ribuan
meter. Bangkai kapal karam yang sangat dekat dengan permukaan laut saja tidak
digubris apalagi yang ada dilaut yang sangat dalam?
Apa keuntungan yang dapat diperoleh dengan mencari
bangkai-bangkai kapal tersebut? Secara nilai historikal juga tak sebanding
dengan biaya yang akan dikeluarkan. Cobalah pencarian di google tentang
penemuan-penemuan bangkai-bangkai kapal tersebut. Kebanyakan dapat terdeteksi
oleh sonar, namun tak ada tindak lanjut, apalagi untuk ditelusuri, diselidiki
atau diambil.
Kini, semua misteri telah usai, sudah tak ada lagi
kecelakaan atau hilangnya pesawat dan kapal laut akibat salah navigasi di
segitiga Bermuda hingga saat ini. Dan kini pula, saatnya si Dajjal pensiun,
atau ngungsi ke planet lain. (sumber: icc.wp.com,
Bermuda Triangle on National Geographic TV Channel)
Beberapa kapal yang hilang di Segitiga
Bermuda:
USS Cyclops (AC-4) lost in 4 March 1918 en route from barbados to
Baltimore. No traces are left behind. The ship and its crew and passengers are
numbered 306 people vanished. This is the greatest loss of life in the history
of the U.S. Navy–was not the outcome of the battle.
USS Nereus (AC-10) was a U.S. Navy ship during World War i. his name is
taken from the Sea-God in the mythology of Greece 00 Nereus. Missing about 10
December 1941, en route to Portland, Maine from St. Thimas in the Virgin
Island. As many as 61 crews participated were lost. Interestingly, Nereus was
lost on the same route with USS Proteus that disappeared earlier.
USS Proteus (AC-9) is a Navy ships into merchant ships. No clear News
newspaper since 23 November 1941.
Sekitar 1492, ketika dirinya akan mengakhiri
perjalanan jauhnya menuju dunia barunya, Amerika, Columbus sempat menyaksikan
fenomena aneh di wilayah ini. Di tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum
kompas di kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat itu begitu
baik.
Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam
tiba-tiba para awaknya dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang terjun
begitu saja ke dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah
ufuk yang kemudian menghilang begitu saja.
Segitiga Bermuda: Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan pulau
Bermuda
Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini, indera
keenam memang seperti dihantui ‘suasana’ yang tak biasa. Namun begitu rombongan
Columbus masih terbilang beruntung, karena hanya disuguhi ‘pertunjukkan’. Beda
dengan para pelintas yang lain.
Menurut catatan kebaharian, peristiwa terbesar yang
pernah terjadi di wilayah ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera Inggris,
Atalanta, pada 1880. Tanpa jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus
kadet dan perwira AL Inggris itu raib di sana. Selain Atalanta, Segitiga
Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.
Lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal dengan “Flight 19″ hilang
di segitiga Bermuda
Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah membungkam
puluhan pesawat yang melintasinya.
Peristiwa terbesar yang kemudian terkuak sekitar 1990
lalu adalah raibnya iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal dengan “Flight
19″ tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada siang hari 5 Desember
1945.
Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan
penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak buahnya seperti mengalami disorientasi.
Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger ini pun
raib tanpa sempat memberi sinyal SOS. Anehnya, misteri Avenger tak berujung di
situ saja.
Ketika sebuah pesawat SAR jenis Martin PBM-3Mariner dikirim mencarinya, pesawat amfibi gembrot
dengan tigabelas awak ini pun ikut-ikutan lenyap. Hilang bak ditelan udara.
Martin PBM-3 Mariner, yang ditugaskan mencari “Flight 19″ juga hilang di
segitiga Bermuda
Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang
diduga menjadi tempat kecelakaan keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat
pantai dengan 27 awak, tak satu pun serpihan pesawat ditemukan.
Ajaib… Tahun demi tahun berlalu. Sekitar 1990, tanpa
dinyana seorang peneliti berhasil menemukan onggokan kerangka pesawat di lepas
pantai Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya orang-orang yang
menyaksikan. Karena, ketika dicocok kan, onggokan metal itu ternyata bagian
dari kelima TBF Avenger!
C-119 Flying Boxcar, hilang di segitiga Bermuda
Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat transpor
C-119 Flying Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun
mesin ganda milik AU AS bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas
dari Lanud Homestead.
Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan
Terbang Grand Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.
Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan
perjalanannya. Hal ini diketahui dari kontak radio yang masih terdengar hingga
pukul 11. Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis juga
tak pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.
“Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi apa-apa
bahwa pesawat tengah mengalami masalah. Namun setelah itu kami kehilangan
jejaknya,” begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami. “Besar
kemungkinan pesawat mengalami masalah kendali arah (steering
trouble) hingga nyasar ke lain arah,” tambahnya.
Beberapa pesawat yang pernah hilang di segitiga bermuda
Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah
seluas 100.000 mil persegi yang diduga menjadi tempat kandasnya C-119. Namun
hasilnya benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di
wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.
“Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah
selatan Bahama dan hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang
veteran penerbang Perang Dunia II.
Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan pesawat
jatuh di antara Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur,
ledakan, atau kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio
memang pasti tak akan pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan
serpihan pecahannya.
Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya
sang pilot bisa melakukanditching (pendaratan
darurat di atas air). Pasalnya, cuaca saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti
langit cerah, ombak hanya sekitar satu meter, dan angin hanya 15 knot. Analisis
selanjutnya memang mengembang kemana-mana.
Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119
Flying Boxcar pun terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit
artikel dari International UFO Bureau yang
mengingatkan kembali sejumlah orang pada kasus ajaib tersebut. Dalam artikel
ini dimuat kesaksian astronot Gemini IV, James
McDivitt dan Edward H. White II, yang justru membuat runyam masalah.
Rupanya pada saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia
kebetulan tengah mengamati wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang
sedang mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965
keduanya tengah melakukan eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini dengan
perlengkapan yang dirahasiakan.
Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal
(UFO) dengan semacam lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia.
Beberapa menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang serupa.
Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan pun segera
tertarik menguji kesaksian ini.
Tak mau percaya begitu saja, mereka mengkonfirmasi
obyek yang dilihat kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar
Gemini IV. Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga
kini pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO. Ketika itu
kepada kedua astronot disodori gambar Pegasus 2, satelit
raksasa yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan
sejumlah sampah satelit yang ada di sekitar itu.
Namun baik dari bentuk dan jarak, mereka menyanggah
jika telah salah lihat. “Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut UFO ‘kan
tak berarti saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari planet lain. Pengertian
UFO sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang menurut penilaian
saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya sebagai UFO?” sergah
Divitt.
This diagram shows the current variation of the Earth magnetic field.
Begitulah kasus C-119 Flying Boxcar yang tak pernah
terpecahkan hingga kini. Diantara kapal atau pesawat yang raib di wilayah
Segitiga Bermuda kisahnya memang senantiasa sama. Terjadi ketika cuaca baik,
tak ada masalah teknis, kontak radio berjalan biasa, tetapi si pelintas
tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa jejak sama sekali.
Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala
kejadian di sana. Ada yang menyebut teori pelengkungan waktu, medan gravitasi
terbalik, abrasi atmosfer, dan ada juga teori anomali magnetik-gravitasi.
Selain itu ada juga yang mengaitkannya dengan fenomena
gampa laut, serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya terjadi di angkasa luar sana.
Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap saja tak ada satu pun yang bisa
menjelaskannya.
Penyelidikan
terakhir
Segitiga Bermuda di program TV Discovery &
National Geographic tahun 2011 telah menyelidiki bahwa terjadinya
gangguan mesin, kompas & alat navigasi lain karena adanya daya magnet lokal
(bukan magnet kutub) yang dihasilkan dari bawah kulit bumi pada daerah
tersebut. Bukti baru ini telah diselidiki oleh para ahli dengan citra satelit
di daerah tersebut.
Lalu para ahli beserta para pilot berpengalaman
menyusuri daerah sekitarnya dan terbukti pula bahwa alat-alat navigasi dalam
kokpit berubah dan terganggu. Karena teknologi masa kini semakin canggih,
maka dapat di pantau pula melalui satelit.
Lithosphere magnetic field
Dari citra satelit dengan infra red, ultra violet
& lainnya yang memantau daerah itu telah terbukti bahwa di dalam kerak bumi
pada daerah tersebut terdapat pusaran-pusaran lava panas yg menghasilkan
gelombang-gelombang elektromagnet sampai menembus ke luar permukaan bumi.
Pusaran-pusaran panas yang berupa lava cair di dalam
kerak bumi berputar seperti layaknya hurricane atau thypoon yang diameternya sangat besar dan
terjadi di bawah kerak bumi.
Earth Magnetic Field
Jadi jika bumi diibaratkan balon yang diisi air, karet
balon adalah kerak bumi sedangkan air dalam balon adalah magma/lava cair yang
berada di dalam inti bumi.
Cairan lava dibawah mantel Bumi tersebut memiliki
tekanan dan panas yang berbeda-beda.
Cairan tersebut juga memiliki “arus” dan dapat
berputar-putar seperti jika kita baru merebus air.
Gerak arus lava yang berputar-putar tersebut ternyata
juga menimbulkan medan magnetik.
Medan magnet yang dihasilkan dapat menimbulkan
gelombang elektromagnet dan dapat mempengaruhi alam sekitarnya hingga ke atas
kerak bumi / permukaan bumi dan membuat alat navigasi menjadi berantakan dan
tak berfungsi sempurna.
Akibat peralatan navigasi yang terpengaruhi oleh medan
magnet dari putaran-putaran lava di dalam mantel Bumi inilah yang akhirnya
membuat peralatan navigasi terganggu dan membuat tujuan atau rute yang
direncanakan akan dituju mengubah halauan sang kapten dan pilot.
Bermuda triangle magnetic field area
Hingga kini, tiada satupun ada orang yang selamat
(survivor) yang berhasil ditemukan. Pada masa lalu teknologi tak secanggih
sekarang, bangkai pesawatpun tak berbekas sama sekali. Oleh sebab itulah, pada
masa lalu, teori mengenai medan magnet lokal akibat adanya putaran-putaran lava
di dalam kerak Bumi bukan hanya satu-satunya teori.
Teori tentang akibat adanya campur tangan UFO atau
pengaruh Geografi dan iklim (alamiah) serta pengaruh medan magnet, masih
merupakan beberapa teori dari adanya teori-teori lainnya tentang Segitiga
Bermuda ini. Selama itu belum mutlak pasti, misteri masih terbuka lebar.
Namun yang jelas dalam beberapa dekade terakhir,
kecelakaan sangat jarang sekali terjadi bahkan bisa dibilang tak ada. Jika ini
karena adanya konspirasi lain apalagi diluar domain sains, misalnya karena
menyangkut alien, UFO, makhluk laut jahat, bahkan makhluk gaib, dajjal ataupun
setan alas, atau bahkan gas methane, pasti kecelakaan akan terus terjadi hingga
saat ini.
Kenapa dalam beberapa dekade ini tak ada lagi
kecelakaan yang berarti di segitiga bermuda? Sebabnya adalah karena pada masa
kini pesawat dan kapal laut tak lagi hanya menggunakan penunjuk arah yaitu
Kompas saja. Namun pada masa kini semua transportasi tersebut sudah menggunakan
sistim navigasi GPS (Global Positioning System) yang
dipandu oleh minimal 3 buah satelit.
Itu sebabnya karena telah dipandu oleh satelit, dan
tak lagi dipandu oleh magnet di kedua kutub Bumi, maka arah mata angin Utara,
Selatan, Timur dan Barat akan lebih akurat dan takkan berpengaruh oleh medan
magnet atau apapun itu.
Tapi, bagaimana dengan bangkai-bangkai kapal dan
pesawat yang tak ditemukan? Bangkai-bangkai kapal apalagi pesawat tak semuanya
dapat ditemukan karena dalamnya lautan di wilayah segitiga Bermuda. Belum lagi
masalah “impact” saat pesawat jatuh dan tekanan air yang kuat saat tenggelam.
Apparently most of the ships met their fate as a result of the 200 square
miles of coral reef surrounding the island rather than the infamous Bermuda
Triangle’s influence.
Walau tak semuanya, namun nyaris semua posisi
kapal-kapal karam itu telah diketahui keberadaannya, baik secara pencarian
ataupun secara tak sengaja terdeteksi oleh sonar kapal yang sedang lewat.
Untuk sebuah pencarian janganlah sepelekan kawasan
ini, kawasan segitiga bermuda sangat luas, bahkan lebih besar dan lebih luas
dari pulau Kalimantan, namun ini lautan bebas, yang sangat sering dilalui
puluhan badai (hurricane) ditiap tahunnya dan kadang juga lautannya berarus
kuat.
Tapi dari sisi apapun, tak ada keuntungannya untuk
mencari semua kapal-kapal dan pesawat tersebut. Secara biaya juga sangat besar,
karena harus memakai robot yang dikendalikan dari jauh atau kapal selam khusus
yang dapat menyelam di lautan yang dalamnya lebih dari 200 meter hingga ribuan
meter. Bangkai kapal karam yang sangat dekat dengan permukaan laut saja tidak
digubris apalagi yang ada dilaut yang sangat dalam?
Apa keuntungan yang dapat diperoleh dengan mencari
bangkai-bangkai kapal tersebut? Secara nilai historikal juga tak sebanding
dengan biaya yang akan dikeluarkan. Cobalah pencarian di google tentang
penemuan-penemuan bangkai-bangkai kapal tersebut. Kebanyakan dapat terdeteksi
oleh sonar, namun tak ada tindak lanjut, apalagi untuk ditelusuri, diselidiki
atau diambil.
Kini, semua misteri telah usai, sudah tak ada lagi
kecelakaan atau hilangnya pesawat dan kapal laut akibat salah navigasi di
segitiga Bermuda hingga saat ini. Dan kini pula, saatnya si Dajjal pensiun,
atau ngungsi ke planet lain. (sumber: icc.wp.com,
Bermuda Triangle on National Geographic TV Channel)
Beberapa kapal yang hilang di Segitiga
Bermuda:
USS Cyclops (AC-4) lost in 4 March 1918 en route from barbados to
Baltimore. No traces are left behind. The ship and its crew and passengers are
numbered 306 people vanished. This is the greatest loss of life in the history
of the U.S. Navy–was not the outcome of the battle.
USS Nereus (AC-10) was a U.S. Navy ship during World War i. his name is
taken from the Sea-God in the mythology of Greece 00 Nereus. Missing about 10
December 1941, en route to Portland, Maine from St. Thimas in the Virgin
Island. As many as 61 crews participated were lost. Interestingly, Nereus was
lost on the same route with USS Proteus that disappeared earlier.
USS Proteus (AC-9) is a Navy ships into merchant ships. No clear News
newspaper since 23 November 1941.
0 comments:
Post a Comment